Buy My Themes? EMail Me! WA:+675-78213007 Hello Guest! Not Registered?  Log in or   Register
  • About Us
    • WordPress YUI
    • Yikwanak Home
  • Yikwanak Elto
  • Yikwanak Kole
  • One Melanesia
    • Melanesia.News
    • UHTS Melanesia
    • Melanesia Business
  • NetWorks
    • Adat & Alam Papua
    • WANTOK Coffee
    • Yikwanak Kole
    • WordPress YUI
    • Melanesia Business
    • Click Papua
    • Melanesia.News

YIKWANAK.com

Nagalo Yikwage Wa, Wa Wa!

    »  Akan Datang Waktunya, Semua Rumah Sakit Menjadi Rumah S...
Click
You are Very Welcome Guest!
 | Page 2
 results 7 - 12 of about 22 for * . (0.805 seconds) 
  • Inspirasi
  • Wisdom
  • Inspirasi
  • Noumenon & Phenomenon
  • Sunday January 17th, 2021

Pubic Notice

YIkwanak.com adalah situs yang dipersembahkan oleh KSU BaliemArabica.com untuk Masyarakat Papua di manapun Anda berada, untuk mendaftar nama-anam domain sesuai dengan (1) nama suku, (2) nama marga, (3) nama kampung, (4) nama orang (nama Kristen seperti John, Bertha, dll atau nama Islam seperti Jaelani, Rachma, dll, atau nama Hindu dan nama Budha tidak tidak dilayani)

Kiat ap-kumi Yikwa Inagawi ye awi nde awi wonogwe nogo, wone yurak kenok,, ninone lambuk aret yuwok nduk, kuwak ari woranip o. Wone Kunu Yikwanak mendek wurik yime nen wone yogwe, yabu ekwe eruwok nduk kinayonggo pigi.

An nendage Yikwanak Kole waganggirak me, kat ambe Yikwanak Ambolom worak kenok, Yikwanak Obate worak kenok, Yikwana Wiwa wora kenok, Yikwanak Wewo worak kenok, Yikwanak Lembo Lambo worak kenok, kinendage pekagak "DAFTAR" sub-domain epinuk, yime aret nggilik wakwe logonet, ye wone nde wone yinakwe, yabu ekwe eruwok. Wa, wa, wa

Categories

  • Inspirasi (8)
  • Noumenon & Phenomenon (7)
  • Salam (2)
  • Uncategorized (4)
  • Wisdom (4)

Tags

agama Bob Marley Books Business Business Club Columbia Decolonizing the MInd Democracy East Africa Government hidup sehat hikmat impian Indonesia Jared Diamond kebaikan Kenya Kristen lintasnasional.com media massa Melanesia mental budak mimpi mutiara New Guinea Noumenon & Phenomenon obat-obatan Papua PAPUAmart.com pepatah persepsi Phillipines Rastafarian Revolusi Mental rumah sakit Salam Natal terorisme UHTS Yamin Kogoya Yesus Kristus Yikwa Yikwagwe Yikwakan Group Yikwanak Yikwanak Kole

Image Stream

Map of Melanesia, Micronesia and Polynesia in the South PacificPaus Fransiskus dan Imam Besar Al Azhar Syeikh Ahmed Al Tayeb saat bertemu di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, pada Senin (4/2). (Foto: Voaindonesia.com)Prof. Dr. Jared Diamond, The World Until YesterdaySalam Natal 2017

RSS WPYUI.com

  • Армагандонизация истории Курска September 9, 2019 Добрый Дядя
  • Байки беляцкого примирения November 4, 2017 Добрый Дядя
  • Путешествие по Балканам за 650 рублей August 11, 2017 Добрый Дядя
  • Не суй в рот гадость August 10, 2017 Добрый Дядя
  • В Исландию за 4500 рублей July 4, 2017 Добрый Дядя
Browse: Page 2

Akan Datang Waktunya, Semua Rumah Sakit Menjadi Rumah Sehat: Mengapa? (2)

Published on July 23, 2019 © by yikwainak [22  entries]  ± Views 391 § Leave a comment

Catatan Pembuka

Ini sebuah bisikan jagatraya yang kita sebut entah itu sebagai apa saja, tetapi saya sebut sebagai sebuah suara nurani, yang selalu berbicara berpuluh tahun, bisa terjadi ratusan atau ribuan tahun sebelum terjadi, yang biasanya saya alami beberapa kali. Sekarang saya sudah berumur setelah abad lebih dua tahun, dan itu sudah cukup waktu untuk mengenal suara-suara itu.

Suara ini mengatakan

Akan datang waktunya, di mana semua rumah sakit yang besar maupun kecil, baik apotik maupun polik-klinik akan berubah menjadi rumah sehat, di mana yang tinggal beroperasi dan yang tinggal di dalamnya ialah orang-orang yang hidup sehat dan mengenal cara hidup sehat.

Pertanyaan saya : "Mengapa bisa terjadi begitu?"

Ada tiga penyebab di sini, jawaban pertama sudah disampaikan dalam catatan sebelumnya. Click di sini

Yang pertama karena manusia menjadi tahu dan sadar, lain menyesal, bahwa rumah-rumah sakit, apotik, klinik, suster, dokter dan produsen alat dan obat-obatan tidak melakukan pekerjaan mereka untuk tujuan menyembuhkan Anda dan saya dari sakit penyakit, tetapi tujuan mereka ialah mencari duit belaka. Mereka tidak perduli Anda dan saya sembuh atau tidak, terpenting mereka dapat dut.

Yang kedua masih terkait dengan yang pertama, tetapi dalam hal ini produk yang dihasilkan menjadi lebih banyak, lebih merata dan lebih tersdia sehingga akhirnya menjadi tidak dibutuhkan keahlian khusus, pengetahuan khusus untuk mencarikan solusi penyembuhan saat seseorang sakit.

Milsanya kalau saya sakit malaria, saya sudah punya tablet obat malaria di tangan saya, atau saya tahu ada tetangga yang biasanya buat ramuan untuk penyakit malaria, jadi saya sudah tidak perlu lagi berpikir untuk ke dokter atau polik.

Di Tanah Papua banyak orang yang yang kita sebut sebagai Dokter Alam, Manri Alam atau Dokter Adat dan Mantri Adat. Mereka ini disebut oleh orang modern sebagai dukun, yang mengandung maka negatif. Mereka menegasikan profesi yang sama tetapi tidak mengikuti pendidikan mereka, tidak membeli obat yang mereka produksi untuk cari uang, sehingga mereka menjuluki secara negatif profesi penyembuhan yang tidak menggunakan produk dan ilmu mereka. Ini terjadi bukan karena hasilnya tidak baik, juga bukan karena hasilnya merugikan sang pasien. Yang jelas hasilnya tidak menguntungkan si pembuat obat.

Dengan tersedianya pengetahuan masyarakat umum tentang cara-cara mengobat berbagai macam penyakit, maka kebutuhan polik, rumah sakit, dokter, suster dan mantri akan berkurang.

Dengan tersediannya banyak orang membeli alat-alat kesehatan, obat-obatan dan mengetahui ilmu herbal yang sudah dikenal berabad-abad lalu dalam hidup manusia, maka kebanyakan penyakit akan disembuhkan tidak di klinik, tidak di rumah sakit, bukan oleh mantri atau suster, bukan juga oleh dokter; tetapi terjadi di rumah sendiri dan rumah tetangga dan oleh diri sendiri atau oleh tetangga sendiri.

Reaksi balik dari Produsen Obat Modern, Peralatan Medis dan Keahlian serta Kaki-Tangan Modernisasi

Premis Proyek Modernisasi

Proyek modernisasi dimulai dengan satu premis dasar, yaitu "Sains" atau ilmu pengetahuan adalah solusi bagi semuanya dan segalanya. Premis utama ini didukung oleh sejumlah sub-premis, antara lain bahwa Sains itu haruslah dapat diukur, kalau tidak bukan sains. Selain itu sains harus empriik, dapat dibuktikan dan karena itu hal-hal yang tidak empirik dan yang tidak dapat dibuktikan "berbabahaya", dan karena itu harus dibuang atau harus dibasmikan. Sub-premis utama dari semua ini ialah bahwa sains harus-lah rasional, masuk akal, dapat dijelaskan dan dapat dipahami oleh otak manusia,

Premis ini telah membahayakan banyak sekali kearifan manusia yang telah kita dapatkan dan warisi dari nenek-moyang manusia sejak jutaan tahun lalu. Kita telah memiliki banyak sekali kelebihan dalam memecahkan banyak masalah, terutama banyak sakit-penyakit sudah dapat disembuhkan dengan kearifan lokal.

Reaksi Manusia Modern, terutama Perusahaan Farmasi, Kedokteran, Apoteker, Kedokteran, Keperawatan

Reaksi agen-agen proyek modernisasi, terutama perusahaan farmasi, profesi kedokteran, bisnis apoteker dan apitik, sekolah dan lulusan kedokteran dan keperawatan, yang di-back-up oleh premis di atas, dan dalil hak ekonomi, hak asasi manusia dan kemajuan pasti akan menghentikan gerak-langkah dinamika "bergantung kepada diri sendiri dan sesama di sekitar sendiri" dalam hal kesehatan daripada harus pergi ke pusat-pusat kesehatan modern.

Kampanye gelap menjelekkan dan mencelakakan para dukun akan meningkat. Selain itu banyak penyakit akan diciptakan, yang kemudian tidak dapat disembuhkan oleh para dukun dan tidak dapat disembuhkan secara alamiah lagi.

Kita catat ada sejumlah wabah, penyakit dan virus tidak dapat ditemukan obat penyembuhannya, hanya dapat menerima fakta penyakit itu dan menunggu untuk mati. Penyakit ini pasti diproduksi manusia, bukan dari alam tetapi dari bahan kimia, proses biologi yang dimanipulasi, sehingga virus ini dapat hidup di dalam manusia, tetapi dia hidup untuk mematikan hidup manusia.

Kita kenal dunia per-virus-an sudah terkenal, begitu banyak anti-virus yang tersedia, maka perusahaan yang memproduksi program sendiri justru menciptakan virus, atau perusahaan lain menciptakan anti-virusnya, sehingga sampai kiamat antara program dan virus dan antivirus tidak akan berhenti.

Alasan utamanya karena perusahaan program sedang berbisnis, jadi mereka mau konsumen beli terus setiap bulan, setiap tahun, secara reguler. Perusahana anti-virus juga mau konsumen terus membeli anti-virus. Mereka dengan sengaja menciptakan anti-virus untuk terus menjaga ketergantungan konsumen. Belum lagi kita bicara tentang upgrade program yang sudah ada. Semuanya ini dilakukan dalam rangka mencari uang, bukan supaya anti-virus komputer saya dibunuh, bukan supaya saya punya komputer bebas dari anti-virus. Itu keperluan saya, itu urusan saya, bukan urusan dan kepentingan pembuat program.

Selain itu, akan ada kampanye hitam, dengan secara langsung mendiskreditkan para dukun, dokter alam dan dokter adat. Mereka akan menyiarkan berita-berita kematian, kerugian, dan penderitaan karena diobati oleh dokter alam, karena tidak ke rumah sakit. Siaran-siaran akan terus dibesar-besarkan, supaya semua orang ke rumah sakit.

Apalagi semua negara sekarang sudah punya Menteri Kesehatan, karena banyak uang ada di situ, bukan karena mau membantu orang hidup sehat, tetapi supaya membuat orang tetap sakit dan terus-menerus datang berobat dan dengan demikian terus-menerus menghabiskan uang.

Reaksi lain berasal dari profesi kedokteran, keperawatan, apoteker, perusahaan kesehatan, dan sebagainya, yang akan menyerang secara langsung para dukun dan masyarakat yang memiliki kearifan lokal.

Yang paling saya kenal, salah satu kakak saya, memiliki karunia mendoakan orang, dan dengan mudah orang sakit sembuh, bahkan orang kaki patah-pun dapat disembuhkan. Dia diserang oleh gereja, katanya dia menganut ajaran setan, dan tidak boleh dibiarkan membantu orang. Kakak saya seorang majelis gereja, dan akibat daripada ini dia dipecat dari gereja, atau istilah gereja dia diberikan disiplin gereja.

Isu penyembahan berhala adalah isu utama dalam semua ini, karena cara-cara penyembuhan Dukun Alam dan Dukun Adat kebanyakan

  1. Tidak dapat dipahami secara rasional sebab dan akibat dari proses penyembuhan dan hasil penyembuhan.
  2. Tidak dapat dilihat secara empirik apa yang sedang dilakukan
  3. Kebanyakan para dukun-pun tidak memiliki penjelasan dan pembuktian itu. Mereka hanya mengandalkan doa, kata-kata, dan "mind-power" (kita akan ulas ini dalam bagian terakhir atau ketiga)

Walaupun begitu, ada satu hal yang pasti, "yaitu pasien dia sudah sembuh". Yang dicari ialah "kesembuhan", bukan bagaimana proses kesembuhan terjadi. Fakta real empirik di mata ialah kesembuhan itu ada, dan dialami oleh si pasien.

Pages: 1 2

¶ Inspirasi (8) ‡ dokter alam, riwayat manusia, rumah sakit (2)  ¶  post |  Length: [2187] words. [entry-last-modified]

Akan Datang Waktunya, Semua Rumah Sakit Menjadi Rumah Sehat: Mengapa? (1)

Published on July 21, 2019 © by yikwainak [22  entries]  ± Views 30 § Leave a comment

Ini sebuah bisikan jagatraya yang kita sebut entah itu sebagai apa saja, tetapi saya sebut sebagai sebuah suara nurani, yang selalu berbicara berpuluh tahun, bisa terjadi ratusan atau ribuan tahun sebelum terjadi, yang biasanya saya alami beberapa kali. Sekarang saya sudah berumur setelah abad lebih dua tahun, dan itu sudah cukup waktu untuk mengenal suara-suara itu.

Suara ini mengatakan

Akan datang waktunya, di mana semua rumah sakit yang besar maupun kecil, baik apotik maupun polik-klinik akan berubah menjadi rumah sehat, di mana yang tinggal beroperasi dan yang tinggal di dalamnya ialah orang-orang yang hidup sehat dan mengenal cara hidup sehat.

Pertanyaan saya

Mengapa bisa terjadi begitu?

Berikut jawabannya:

Ada tiga penyebab di sini:

Yang pertama karena semua orang menjadi sadar, bahwa rumah-rumah sakit, apotik, klinik dan obat-obatan dibuat BUKAN UNTUK MENYEMBUHKAN orang sakit, tetapi justru dibuat untuk bisnis belaka. Dan apalagi, perlakuan dokter, menyuruh beli ini dan beli itu, di apotik ini dan di polik sana, semuanya bertujuan untuk keuntungan ekonomi si dokter, bukan bertujuan untuk kesembuhan sang pasien yangs edang sakit dan menaruh harapan kepadanya.

Si dokter dan perusahaan di bidang kedokteran, perobatan dan kerumah-sakitan tahu bahwa pada saat seseorang sakit, maka dengna mudah diberi cap dan merek macam-macam, seperti Anda sakit ini, kamu sakit itu, dan dengan mudah pula diperas, karena duit menjadi tidak penting, yang terpenting sekarang ialah hidup atau mati.

Naluri hewani yang muncul, untuk menyelamatkan diri saat seseorang sakit, maka mereka justru mengelola kondisi itu untuk mendatangkan keuntungan sebesar-besarnya. Sampai banyak orang meninggal masuk kuburan dalam kondisi berhutan.

Para pelayan kesehatan dan produsen obat-obatan juga tahu bahwa pada saat seseorang datang menghadap si "dokter", atua si "mantri" atau si "suster", mereka sudah tahu 50% harapan hidup dan nasib diserahkan kepada mereka, dan si pemegang hdup hanya tersisa 50% di tangannya. Dengan demikian mereka berusaha menaikkan persentase dari 50% menjadi paling maksimal 90% sehingga apa-apa saja yang bisa dibuat dengan duit yang ada bisa dilakukan oleh si "pasien" menggunakan 10% hak hidup yang dimilikinya. Paling tidak untuk mengeluarkan duit dan membayar mereka. Cukup dengna 10% itu mereka bisa lakukan proses pembayaran dimaksud.

Lama-lama para pasien, Anda dan saya, dan semua manusia di dunia, keluar-masuk menjadi mantri, dokter, apoteker, suster, pasien, pasien, dan kemudian menjadi sadar sendiri apa yang sebenarnya sedang terjadi dalam permainan ini.

Akhir daripada drama ini,

"manusia mengambil kembali hak menentukan nasib hidupnya kembali ke tangannya sendiri.

Ini artinya Manusia mengambil kembali hak hidupnya

Manusia akan menyadari bahwa obat-obatan yang dulunya ditemukan manusia untuk menyembuhkan manusia itu tidak lagi berfungsi untuk membantu menyembuhkan sakit-penyakit. Si pembuat, pabrik dan pemilik perusahan obat menjalankan bisnisnya bukan untuk kesembuhan orang, bukan buat kesembuhan dirinya tetapi dalam rangka mencari duit.

Mereka yang memperjual-belikan alat-alat rumah sakit, obat-obatan juga tidak memproduksi dan tidak menjual supaya orang sakit menjadi sembuh tetapi dalam rangka mencari dui.t

Sampai kepada dokter dan suster di "rumah sakit" juta bukan bekerja untuk membantu menemukan penyakit dan membantu proses penyembuhan, tetapi mereka ada di sana bekerja untuk menghidupi keluarganya, yaitu mencari duit.

Maka kita mau katakan kepada diri sendiri, dan kepada dunia, "

MULAI SAAT INI SAYA TIDAK AKAN KE RUMAH SAKIT. SAYA MAU JADIKAN RUMAH SAYA SEBAGAI RUMAH SEHAT.

Yang artinya,

Saya mengambil-alih tugas kesehatan hidup saya ke dalam tangan saya sendiri, saya tarik ketergantungan harapan saya untuk kesembuhan di rumah sakit dan dari tangan dokter-suster.

Yang kedua karena ... {bersambung....]

¶ Inspirasi (8) ‡ hidup sehat, obat-obatan, rumah sakit (2)  ¶  post |  Length: [807] words. [entry-last-modified]

Deklarasi Paus dan Imam Al Azhar, Tuhan Tidak Perlu Dibela

Published on February 10, 2019 © by yikwainak [22  entries]  ± Views 29 § 1 Comment

WASHINGTON DC, SATUHARAPAN.COM – Pemimpin Nadhlatul Ulama Abdurrahman Wahid pada tahun 1996 pernah menghebohkan Indonesia ketika mengeluarkan serangkaian tulisan, yang kemudian dikompilasi menjadi buku “Tuhan Tidak Perlu Dibela”.

Otokritik Gus Dur, panggilan akrab presiden keempat Indonesia itu, dikecam keras berbagai kalangan yang sebelumnya juga telah mengkritisi pernyataan-pernyataan tokoh kelahiran Jombang ini, antara lain soal Islam yang ramah, bukan yang marah, atau Islam yang kritis terhadap aksioma lama, serta Islam yang terbuka pada hal baru, dan sebagainya.

Dalam salah satu tulisannya terkait "Tuhan Tidak Perlu Dibela," Gus Dur menyatakan bahwa dalam sejarah, agama memang sama sekali tidak dapat steril dari berbagai hasrat dan kepentingan manusiawi, sehingga pada titik tertentu kerap ditunggangi dan diseret ke wilayah yang cukup politis, menjadikannya semacam legitimasi sikap politis dari kepentingan suatu kelompok.

"Nama Tuhan dibawa ke sana-ke mari, mirip sebuah barang dagangan. Kalau sudah demikian, apakah yang terjadi sebenarnya bukan merupakan reduksi terhadap nilai luhur dari misi agama itu sendiri?” tanya Gus Dur ketika itu.

Paus Fransiskus dan Imam Besar Al Azhar Tandatangani Deklarasi Bersejarah

Tak pernah ada yang menyangka jika 22 tahun kemudian, pernyataan itu menjadi salah satu bagian penting deklarasi persaudaraan yang ditandatangani oleh pemimpin umat Katolik sedunia, Paus Fransiskus dan Imam Besar Al Azhar Syeikh Ahmed Al Tayeb.

Ketika menghadiri upacara penandatanganan di Abu Dhabi awal pekan ini, kedua tokoh berjalan bergandeng tangan, simbol persaudaraan antarkeyakinan.

Dokumen yang diklaim mengatasnamakan seluruh korban perang, persekusi dan ketidakadilan di dunia itu, menyatakan komitmen Al Azhar dan Vatikan untuk bekerja sama memerangi ekstremisme.

"Kami dengan tegas menyatakan agama tidak boleh digunakan untuk menghasut terjadinya perang, kebencian, permusuhan dan ekstremisme, juga untuk memicu aksi kekerasan atau pertumpahan darah.”

Bagian Deklarasi: Tuhan Tidak Perlu Dibela Siapapun

Bagian penting dokumen itu mendorong semua pihak untuk “menahan diri menggunakan nama Tuhan, untuk membenarkan tindakan pembunuhan, pengasingan, terorisme dan penindasan. Kami meminta ini berdasarkan kepercayaan kami bersama kepada Tuhan, yang tidak menciptakan manusia untuk dibunuh atau berperang satu sama lain, tidak untuk disiksa atau dihina dalam kehidupan dan keadaan mereka. Tuhan, Yang Maha Besar, tidak perlu dibela oleh siapa pun dan tidak ingin nama-Nya digunakan untuk meneror orang.”

Tokoh-Tokoh Agama Ingatkan Misi Awal Agama untuk Bela Manusia dan Kemanusiaan

Sejumlah tokoh yang dihubungi VOA hari Rabu (6/2) memuji deklarasi yang ditandatangani kedua pemimpin itu. Intelektual Muslim Prof Dr Komaruddin Hidayat mengatakan, deklarasi itu mengingatkan kembali pada misi awal agama.

​“Agama apa pun, pada awal mulanya, adalah untuk membela manusia yang tertindas. Karena yang beragama kan bukan Tuhan, yang beragama adalah manusia. Agama itu bukan untuk kepentingan Tuhan, bukan untuk membela Tuhan. Tuhan justru mengirimkan nabi-nabinya untuk membela manusia dan kemanusiaan. Jadi ketika agama kemudian digunakan untuk menciptakan penindasan dan peperangan, maka sesunggunya telah menyalahi misi inti agama secara primordial, karena semua agama awalnya adalah untuk memihak orang-orang tertindas.”

Ditambahkannya, pertemuan itu menunjukkan betapa kedua tokoh memiliki keprihatinan yang sama tentang penyalahgunaan agama dalam konflik dan peperangan.

Sementara soal kalimat dalam bahasa Inggris yang jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia berarti “Tuhan tidak perlu dibela,” menurut mantan rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah ini merupakan metafor bahasa.

“Kata-kata itu bersayap. Kalau pun dibilang membela Tuhan itu sebenarnya membela hamba-hamba Tuhan, karena dalam kitab suci juga ada ‘kibarkanlah agama Tuhan.’ Jadi sebenarnya membela agama Tuhan wujudnya adalah membela kemanusiaan. Memang Tuhan tidak perlu dibela tapi dalam pengertian yang harus dibela adalah misi kebenaran agama Tuhan, manifestasinya adalah membela kemanusiaan,” katanya.

Romo Aloysius: Deklarasi Padukan Iman pada Allah dan Sikap Membela Kemanusiaan

Romo Aloysius Budi Purnomo di Keuskupan Agung Semarang mengatakan kepada VOA, kalimat-kalimat yang ada dalam deklarasi yang ditandatangani Paus Fransiskus dan Imam Besar Al Azhar Syeikh Ahmed Al Tayeb langsung mengingatkannya pada sosok ulama Indonesia Abdurrahman Wahid.

“Gus Dur lah yang pada masa hidupnya selalu mengucapkan kalimat ‘Tuhan tidak perlu dibela.’ Bagi orang-orang yang tidak menyukai Gus Dur, pernyataan beliau ini akan disalahartikan. Namun sesungguhnya kalimat lengkapnya adalah ‘Tuhan tidak perlu dibela, yang perlu dibela adalah makhluk Tuhan yang diperlakukan semena-mena oleh makhluk lainnya.’ Kalimat Gus Dur itu seakan bergema kembali melalui deklarasi di Abu Dhabi itu,” kata Aloysius.

Lebih jauh tokoh yang pernah menjadi rektor di Seminari Tinggi Sinaksak, Pematang Siantar, Sumatera Utara itu menambahkan bahwa “dokumen di Abu Dhabi itu sangat menggarisbawahi dan memadukan iman kepada Allah dan sikap membela kemanusiaan, terutama kaum miskin dan papa.”

Ia mengatakan, bahwa “Tuhan tidak perlu dibela sebab sikap sok membela Tuhan, kerap kali justru berbuah pada kekerasan dan teror pada sesama.”

Lakpesdam PBNU: Capaian di Abu Dhabi Sedianya Terus Dihidupkan

Sementara itu Ketua Lembaga Kajian dan Pengembangan SDM PBNU (Lakpesdam PBNU) Dr Rumadi Ahmad mengatakan, yang terpenting saat ini adalah menggaungkan apa yang sudah dicapai di Abu Dhabi itu.

“Yang terpenting hal-hal seperti ini harus terus disuarakan dan digaungkan, jangan sampai padam. Meskipun di Indonesia sudah lama dibicarakan, deklarasi ini tetap penting untuk semakin memberi semangat pada umat Islam dan umat lain yang selama ini sudah lama menyuarakannya,” kata Rumadi.

Rumadi Ahmad juga mencatat kesediaan dan keberanian Paus Fransiskus dan Imam Besar Al Azhar Syeikh Ahmed Al Tayeb membahas berbagai isu lain yang strategis, seperti soal kewarganegaraan berdasarkan persamaan hak dan kewajiban, pengakuan hak-hak perempuan, Islamophobia, dan stereotip anti-Barat dan lain-lain.

“Adanya kemauan dan keberanian untuk membicara hal-hal itu untuk berdialog dengan orang yang berbeda, mengetahui pandangan dan posisi masing-masing, ini jauh lebih baik dan bermanfaat dibanding bicara setengah kamar dan kemudian yang keluar adalah prasangka, judgement tanpa mengetahui secara persis apa masalah sebenarnya pada isu-isu itu,” katanya.

Dalam pidato Senin (4/2) malam, seusai lawatan pertama kepausan ke Semenanjung Arab, yang merupakan tempat lahirnya Islam, Paus menggarisbawahi bahwa, “Kami (Paus dan Syeikh Tayeb.red) di sini untuk perdamaian, untuk mempromosikan perdamaian dan menjadi instrumen perdamaian. Kekerasan, ekstremisme atau fanatisme atas nama agama tidak pernah dapat dibenarkan.” (Voaindonesia.com)

¶ Wisdom (4) ‡ agama, Decolonizing the MInd (4), terorisme  ¶  post |  Length: [1280] words. [entry-last-modified]

Decolonisation of Our Mind

Published on February 10, 2019 © by yikwainak [22  entries]  ± Views 523 § 1 Comment

All human knowledge, concepts and theories about the nature of reality (whether it is visible or invisible) only can be construed and measured by “comparison”. They all must have a “reference point”.

For example: in order for us to know what is right, we also need to know what is wrong, in order for us to know what is rock, we also need to know what is not rock, we know when is raining because we also experience days that is not raining, we only value light in the dark and if there is no darkness then, light has no value and meaning.

Human experience’ on this planet and in this reality, all based on this dichotomy, unless we tap into other dimension governed by different sets of cosmic law. Another example: if the color of the whole reality is blue, then do we know what blue is?

I don’t think so, we only know blue in reference to other colours. Do the fish know that they swim in the water? Or how do we tell when they are drinking water and when they are not drinking water? It is indeed a difficult task.

Similarly, we cannot decolonize our mind and spirit unless we know what it is that we need to decolonize from?

The idea of decolonization only become an issue because we recognized that we have been colonized, so the realization we have about us being colonized is our first reference point? Some questions that we may need to consider: Colonies by who, when, how and WHY? We must answer these questions?

otherwise, why do we need to decolonize in the first place, we do not need to decolonize our mind and spirit if we have not been colonized. To explain “who we are”, we also need to explain “who we are not”, the value of who we are only can be explained and measured by knowing who we are not?

All conflict in human society derived because every single one of social, cultural and religious group established their own boundaries within “us” versus “them” or vice versa. We just need to be careful that we do not fall into this trap. Our own reality has been colonized, this is why we are talking about the need for decolonization, if our reality is 100% not being colonized, then we do not need to talk about decolonization.

We are not wasting our time; we just have started by joining the global Indigenous movement for intellectual decolonization. We are aware that this is not a band-aids solution, we are establishing a foundation for the next generation. Therefore, the way I think for us to decolonize our mind and spirit is not just by telling the world who we are without providing some frame of reference. For example: Since the Issacs Newton’s theory of mechanical universe – the ultimate reality has been reduced to mere brain activities. This is the fundamental worldview of the Western’s secular thinking.

According to this worldview, the ultimate metaphysical questions can be explained by physic and then physic will explain chemistry, then chemistry will explain biology and biology will then explain psychology and psychology will eventually explain the most important things that define human values such as love and beauty.

But what they have done is that they have reduced the mystery of existence into a mere chemical activity in the brain. This is why most people in the West are either depressed or on the suicidal mode because they have disconnected themselves from the earth - The earth is conceived as material object that need to be destroyed for human’s benefits.

They do not realize that earth is not an object – it is living organism with different beings and creatures. In Melanesia, we never used to think like this, we never blame our brain when something went wrong because our worldview was so interconnected with the whole of cosmic phenomenon. This thinking is deeply rooted in the depth of the earth itself- our knowledge and wisdom are not found in human brain only, but through earth (Earth and stars and everything that is within and beyond all are teacher- they provide direction). The whole of creation talks to us and we talk to them in many ways.

We only recognising this amazing ancient Melanesian cosmology in reference to wrong perceptions about us created by the European and Indonesian colonial people. our young people cannot value this amazing gift of our teacher – earth, unless we tell them about the dark and broken colonial worldview used in creating this dysfunctional system that inflicting suffering to our lives and our earth. To know “wone obelom”, we also need to know “ wone maluk”. by Yikwanak, Yamin Kogoya

Source: https://www.facebook.com/

¶ Inspirasi (8) ‡ Decolonizing the MInd (4), Yamin Kogoya, Yikwanak (7)  ¶  post |  Length: [960] words. [entry-last-modified]

Ilmuwan Ini Sebut Indonesia Salah Satu Negara yang Sebentar Lagi Punah

Published on December 29, 2018 © by yikwainak [22  entries]  ± Views 850 § 1 Comment

Source: http://beritaplatmerah.com/

Jared Diamond, ilmuwan asal Amerika Serikat yang juga peraih penghargaan bergengsi Pulitzer 1997, dalam sebuah pidatonya pernah mengatakan bahwa negara seperti, Indonesia, Columbia dan Philipina, adalah contoh termasuk peradaban yang sebentar lagi akan punah.

Ketika bangsa Cina ingin hidup tenang, mereka membangun tembok Cina yang sangat besar. Mereka berkeyakinan tidak akan ada orang yang sanggup menerobosnya karena tinggi sekali.

Akan tetapi 100 tahun pertama setelah tembok selesai dibangun, Cina terlibat tiga kali perperangan besar.

Pada setiap kali perperangan itu, pasukan musuh tidak menghancurkan tembok atau memanjatnya, tapi cukup dengan menyogok penjaga pintu gerbang.

Cina di zaman itu terlalu sibuk dengan pembangunan tembok, tapi mereka lupa membangun manusia.

Membangun manusia seharusnya dilakukan sebelum membangun apapun. Dan itulah yang dibutuhkan oleh semua bangsa.

Baca juga: Raja Juli Antoni Sebut Pidato Prabowo Datanya dari Kandang Kuda

Ada sebuah pendapat yang mengatakan bahwa apabila ingin menghancurkan peradaban sebuah bangsa, ada tiga cara untuk melakukannya, yaitu:

1. Hancurkan tatanan keluarga
2. Hancurkan pendidikan
3. Hancurkan keteladanan dari para tokoh dan rohaniawan (ulama, ustadz, habaib, pendeta dsb)

Untuk menghancurkan keluarga caranya dengan mengikis peranan ibu-ibu agar sibuk dengan dunia luar, menyerahkan urusan rumah tangga kepada pembantu.

Para ibu akan lebih bangga menjadi wanita karir ketimbang ibu rumah tangga dengan dalih hak asasi dan emansipasi.

Kedua, pendidikan bisa dihancurkan dengan cara mengabaikan peran guru. Kurangi penghargaan terhadap mereka, alihkan perhatian mereka sebagai pendidik dengan berbagai macam kewajiban administratif, dengan tujuan materi semata, hingga mereka abai terhadap fungsi utama sebagai pendidik, sehingga semua siswa meremehkannya.

Ketiga, untuk menghancurkan keteladanan para tokoh masyarakat dan ulama atau rohaniawan adalah dengan cara melibatkan mereka kedalam politik praktis yang berorientasi materi dan jabatan semata, hingga tidak ada lagi orang pintar yang patut dipercayai. Tidak ada orang yang mendengarkan perkataannya, apalagi meneladani perbuatannya.

Apabila ibu rumah tangga sudah hilang, para guru yang ikhlas lenyap dan para rohaniawan dan tokoh panutan sudah sirna, maka siapa lagi yang akan mendidik generasi dengan nilai-nilai luhur?

Itulah awal kehancuran yang sesungguhnya. Saat itulah kehancuran bangsa akan terjadi, sekalipun tubuhnya dibungkus oleh pakaian mewah, bangunan fisik yang megah, dan dibawa dengan kendaraan yang mewah.

Semuanya tak akan berarti apa apa, rapuh dan lemah tanpa jiwa yang tangguh.

Tentang Jared:

Nama lengkap Jared Mason Diamond, lahir 10 September 1937. Ia adalah ilmuwan berkebangsaan Amerika Serikat dan penulis buku-buku ilmiah terkemuka. Bukunya yang berjudul Guns, Germs, and Steel yang terbit tahun 1997 meraih penghargaan Pulitzer.

Meskipun berlatar belakang Fisiologi, Jared juga terkenal pada bidang Antropologi, Ekologi, Geografi dan Biologi cabang evolusi. Tahun 2005 ia masuk dalam daftar Top 100 intelektual terkemuka dunia.***

¶ Inspirasi (8) ‡ Books, Columbia, Indonesia (2), Jared Diamond, Phillipines  ¶  post |  Length: [671] words. [entry-last-modified]

“Papua” Artinya Kristen? Apa “Palestina” itu Islam?

Published on December 20, 2018 © by yikwainak [22  entries]  ± Views 11 § Leave a comment

Kata "Papua" kalau dikaitkan dengan banyak hal, kebanyakan orang pertama-tama melihat "Papua" sebagai Kristen. Apakah benar?

Ini sama dengan persepsi umum di seluruh dunia saat orang dengar kata "Palestina". Sebagian besar manusia di dunia selalu mengira bahwa "Palestina" itu Islam/ Muslim. Apakah benar begitu?

Orang Melanesia di Papua New Guinea dan Vanuatu selalu mengkleim diri, negara mereka didirikan dengan dasar Alkitab, oleh karena itu mereka negara Kristen. Apakah benar?

Ke-Papua-an, ke-Islam-an, ke-Kristen-an kita TIDAK ditentukan oleh anggapan orang, tetapi ditentukan oleh hubungan pribadi kita dengan Tuhan yang kita sembah. 

Tidak ditentukan oleh negara, tidak ditentukan oleh Kartu Tanda Penduduk atau Passport.

∞

Aside¶ Uncategorized (4) ‡ Kristen, Papua (2), persepsi  ¶  post |  Length: [155] words. [entry-last-modified]

« Previous 1 2 3 4 Next »

Calendar

January 2021
MonTueWedThuFriSatSun
 123
45678910
11121314151617
18192021222324
25262728293031
« Mar  

Archives

  • 2020 (1)
  • 2019 (9)
  • 2018 (8)
  • 2017 (3)
  • 2015 (1)

Navigation

  • Email
  • SMS/WA: +675-78213007
300*250

  • Top Tags
  • Top Clicks
  • Top Topics
[+] Most Popular Topics

    » Yikwanak Kole

  • UHTS Melanesia
  • Google Search
  • This is why I am here!
  • Yikwanak Kole
  • Punya Rasa Takut? Anda Bermental Budak! Itu Pasti!

    » Yikwanak

  • Elly Togodly
  • Decolonisation of Our Mind
  • WANTOK Coffee
  • Melanesia Business
  • Melanesia.News

    » Decolonizing the MInd

  • Deklarasi Paus dan Imam Al Azhar, Tuhan Tidak Perlu Dibela
  • Decolonisation of Our Mind
  • Bahasa Mengandung “Amonggar”, Jadi Berbahasa Artinya Menyuarakan “Monggar” Itu
  • Saudara-Saudara Sebangsa dan Se-Tanah Air adalah Penyesatan Logika Sehat

    » Melanesia

  • One Melanesia
  • For me, the Most Disturbing Issue for Melanesians is We Think in an “Asian Way”
  • Melanesia.News

    » Yikwagwe

  • Kekurangan Yang Nyata Hari ini dari Pemimpin Papua: Bicara Banyak Sementara Masih Bermimpi
  • About Us

    » Salam Natal

  • Berbuat Baik? Kalau Begitu Jangan Kasih Tahu orang, Apalagi mengharapkan pujian
  • Salam Yikwanak Group: Helo Dunia! Salam Natal

    » Indonesia

  • Ilmuwan Ini Sebut Indonesia Salah Satu Negara yang Sebentar Lagi Punah
  • Saudara-Saudara Sebangsa dan Se-Tanah Air adalah Penyesatan Logika Sehat

    » Papua

  • “Papua” Artinya Kristen? Apa “Palestina” itu Islam?
  • Saudara-Saudara Sebangsa dan Se-Tanah Air adalah Penyesatan Logika Sehat

    » Revolusi Mental

  • Punya Rasa Takut? Anda Bermental Budak! Itu Pasti!
  • Bahasa Mengandung “Amonggar”, Jadi Berbahasa Artinya Menyuarakan “Monggar” Itu

    » rumah sakit

  • Akan Datang Waktunya, Semua Rumah Sakit Menjadi Rumah Sehat: Mengapa? (2)
  • Akan Datang Waktunya, Semua Rumah Sakit Menjadi Rumah Sehat: Mengapa? (1)

[+] Popular Post

Silfia Sulce Tumanat: Dua, Dua, Dua, dan Dua, Tetapi hanya Satu….

January 12, 2015

 [+] Popular Categories

  • Inspirasi (8)
  • Noumenon & Phenomenon (7)
  • Uncategorized (4)
  • Wisdom (4)
  • Salam (2)

    »  RSS Kole One

  • Desember 31 2000: PBB Tutup Pintu Untuk Penentuan Nasib Sendiri December 25, 2020 yikwainak
  • yang Menentang UUDS NRWP Pasti Tidak Punya Honai Adat December 25, 2020 yikwainak
  • Papua Merdeka TIDAK BUTUH orang sekolah di NKRI, karena … December 16, 2020 yikwainak
  • Revolusi & Evolusi = Kapan Berlaku December 11, 2020 yikwainak
  • Hasil Mengampuni: Kelegaan dan Kemerdekaan October 15, 2020 yikwainak
  • Tujuan Mengampuni: Bukan untuk Merubah yang Diampuni, tetapi…. October 22, 2019 yikwainak

    »  RSS Tao PAPUA

  • 2 Tips Mengatasi Rasa Gengsi January 22, 2020
  • Multi-orgasmic Couple is Normal according to Universal Healing Tao System April 12, 2019
  • Alcohol Dan Roh Tidak Baku Senang! Pantas Moyang Melanesia Membelakangi OAP March 26, 2019
  • The Five Elements and Sexual Energy March 26, 2019
  • STOP Mengeluarkan Sperma saat Mabuk March 24, 2019
  • How to Build 3 Legs Deep to Diamond in Unicity February 27, 2015

    »  RSS melanesia.one

  • Racism at its best in Australian NRL October 26, 2020 wantok
  • The Effects of Colonial Mentality on Filipino-American Mental Health September 8, 2019 wantok
  • What Is a Colonized Mind? September 8, 2019 wantok
  • Indonesia is an “imagined community”, Melanesia is a REAL community!… BUT… September 8, 2019 wantok
  • Declared Port Vila land owners visit President July 22, 2018 wantok
  • Chief Worwor expresses concerns about upcoming chiefs elections June 6, 2018 wantok
  • Melanesia and Western Colonialism May 30, 2018 wantok

    »  RSS Melanesia.net

  • Political Style in Modern Melanesia December 25, 2020 wantok
  • NEC Approves Revitalized Village Courts Strategy November 28, 2020 wantok
  • Sorcery is True and Real in New Guinea: Three Admited They Killed an Elder November 22, 2020 wantok
  • Yairus Nggwijangge, Ndugama Regency Regent Murdered in Hospital in Jakarta November 16, 2020 wantok
  • The burning scar: Inside the destruction of Asia’s last rainforests November 14, 2020 wantok
  • Muammar Gaddafi Was Assassinated In A Western-Backed Coup To Prevent The Establishment Of The “African Dinar” But His Legacy Lives On November 5, 2020 wantok
  • Ahmed Sekou Toure: An Indispensable Yet Forgotten African Heroic Leader November 5, 2020 wantok

Pages

  • About Us
  • Adat & Alam Papua
  • Click Papua
  • Elly Togodly
  • Front Page
  • Google Search
  • Melanesia Business
  • Melanesia.News
  • One Melanesia
  • UHTS Melanesia
  • WANTOK Coffee
  • WordPress YUI
  • Yikwanak Kole

Archives

  • March 2020 (1)
  • August 2019 (3)
  • July 2019 (4)
  • February 2019 (2)
  • December 2018 (3)
  • October 2018 (3)
  • September 2018 (1)
  • February 2018 (1)
  • December 2017 (2)
  • November 2017 (1)

Recent Comments

  • yikwainak on Silfia Sulce Tumanat: Dua, Dua, Dua, dan Dua, Tetapi hanya Satu….
  • Akan Terjadi, Semua Rumah Sakit Menjadi Rumah Sehat: Mengapa? (3) on Akan Datang Waktunya, Semua Rumah Sakit Menjadi Rumah Sehat: Mengapa? (2)
  • yikwainak on Kenya: Is Kenya Turning Its Back on Democracy?
  • yikwainak on Salam Yikwanak Group: Helo Dunia! Salam Natal
  • Akan Datang Waktunya, Semua Rumah Sakit Menjadi Rumah Sehat: Mengapa? (2) on Akan Datang Waktunya, Semua Rumah Sakit Menjadi Rumah Sehat: Mengapa? (1)

Meta

  • Log in
  • Entries feed
  • Comments feed
  • WordPress.org

Copyright © 2015-2020 YIKWANAK.com.

Powered by WordPress, Hybrid, and WP Yahoo! UI Hybrid 1d.

  • News Source
    • yikwanak.com
    • facebook.com
    • allafrica.com
  • PAPUAws
Google the web    In This Site
the web In This Site