Loading, please wait...

YIKWANAK.com » Situs Anaknya Perempuan Yikwa

SiteLogo
Welcome! This is
YIKWANAK.com
Situs Anaknya Perempuan Yikwa
 

Site Stats:
  1. Number of Posts:51
  2. Number of Comments:15
  3. Number of Categories:6
  4. Number of Tags:151
  5. Number of Pages:16
  6. Number of Links:0
  7. Number of Registered Users:6
  8. Number of Links Categories:0
  9. Number of Trackback:3
  10. Number of Pingbacks:3

 🡩

Gambar Diri Bangsa Papua Dicabik-Cabik Dengan Cara Memberi Banyak Nama Samaran (2)

Papua = Tanah Papua / Bangsa Papua

Tentang “Papua”, “Bangsa Papua” dan  “Tanah Papua”, kita berbicara hal yang sama, yaitu wilayah pulau New Guinea dan manusia yang mendiami tanah dimaksud.

Arti pertama ialah kata “Papua” ialah “Tanah Papua”, berarti pulau New Guinea, yang saat ini terbagi ke dalam negara Papua New Guinea dan wilayah pendudukan Indonesia bernama “West Papua”. Itu panggilan yang telah disepakati oleh orang pulau New Guinea yang ada di bagian barat pulau ini.

Arti kedua ialah “Papua” ialah “bangsa Papua”, berarti manusia yang mendiami Tanah Papua atau pulau New Guinea, yaitu manusia yang mendiami pulau New Guinea dari Sorong / Raja Ampat dibagian barat sampai Samarai di bagian Timur.

  1. Kekacauan pertama atau kerusakan atau perusakan gambar diri yang pertama ialah apakah Tanah Papua,  yang kita maksudkan hanya untuk bagian barat pulau New Guinea atau wilayah Negara West Papua, ataukah ini termasuk wilayah Negara Papua New Guinea (bagian timur pulau New Guinea), yang secara faktual, rasional dan teori adalah SATU pulau dan SATU bangsa?
  2. Kekacauan kedua atau perusakan gambar kedua ialah kata “Papua” itu sendiri tanpa “tanah” atau “bangsa”, maka apa artinya ini?  Kalau manusia nya kita sebut orang Papua atau bangsa Papua, dan tanah-nya disebut Tanah Papua. Maka “Papua” sendiri artinya melekat ke manusia atau ke wilayah? Itulah sebabnya ada nama Provinsi Papua, ada juga nama Orang Asli Papua (OAP), jadi “Papua” itu seseorang atau sesuatu, manusia atau wilayah?

Pemberian Nama-Nama kepada Tanah atau bangsa Papua untuk Merusak Gambar Diri orang Papua

1. Nama “Bumi Cenderawasih”

Nama “Bumi Cenderawasih” artinya, tempat di mana ada burung Cenderawasih, pulau di mana ada burung emas yang dalam bahasa Melayu disebut “Cenderawasih”.

Pembedaan yang perlu dilakukan di sini, atau bersifat pertanyaan ini apakah Bumi Cenderawasih sebagai julukan NKRI  untuk Tanah Papua ini ditujukan kepada provinsi Papua atau Provinsi Irian Jaya ataukah itu dimaksudkan untuk pulau New Guinea (Sorong – Samarai).

Kenyataannya yang sering dimaksud adalah “bagian barat pulau New Guinea”, yang kini terdiri dari Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat dan lainnya, yaitu wilayah bagian Barat pulau New Guinea yang kini dikuasai Indonesia.

Kalau begitu manusia-nya disebut manusia Bumi Cenderawasih, atau manusia Papua, atau orang Bumi Cenderawasih?

2. Nama “Irian Jaya”

Nama “Irian Jaya” murni nama politik, yang diberikan Presiden Indonesia Soekarno. Beliau mengatakan IRIAN artinya “Ikut republik Indonesia Anti Nederland”. Si gajo pembuat singkatan ini menambahkan kata “Jaya” di belakang kata Irian buatannya.

Walaupun dalam artikel sebelumnya disebutkan bahwa kata Irian diberikan dalam bahasa Byak, Serui dan salah satu suku di bagian Selatan West Papua yang memberikan arti kata “Irian”, yang jelas kata “Irian” telah dipolitisir menjadi nama politik wilayah pendudukan NKRI, yaitu di bagian barat pulau New Guinea, bukan nama identitas bangsa Papua seperti diartikan oleh pemberi nama IRian Frans Kaisiepo.

3. Nama “Papua”

Nama Papua juga kita soroti kembali dalam rangka menggambarkan pencobekan, pengacau-balauan, dalam rangka merusak gambar diri orang Papua dengan menggunakan kata ini.

Seperti dijelaskan di atas, kata “Papua” ini juga bukan kata asli dari salah satu bahasa yang ada di Tanah Papua, akan tetapi ia merupakan julukan yang diberikan oleh orang lain terhadap realitas identitas fisik orang yang mendiami pulau New Guinea.

Dalam hal ini, nama “Papua” diberikan bukan dalam rangka identifikasi diri, akan tetapi dalam rangka memberikan julukan, pembedaan, memberikan identitas yang berbeda dari yang memberi identitas dimaksud. Sama seperti orang Papua menyebut “Amberi” sebagai julukan dari dalam kepada orang luar, dan “Komin” sebagai sebutan indentifikasi secara ke dalam, maka kata “Papua” digunakan sebagai diferensiasi atau julukan keluar dari orang lain terhadap orang di pulau New Guinea.

Kacaunya lagi, saat ini nama “Papua” juga disebut sebagai “Tanah Papua”. Akibatnya menjadi tambah rusak gambar diri dimaksud. Papua itu nama bangsa atau nama tanah?

Tambah kacau lagi, semua orang Indonesia menyebut pulau Papua untuk merujuk kepada pulau New Guinea. Baca saja artikel. Mereka pasti katakan begini, “Pulau Papua terbagi dua, di sebelah timur ialah Negara Papua New Guinea dan disebelah Barat ialah wilayah Indonesia”.

4. Nama “Surga Kecil uang Jauth ke Bumi”

Nama “Surga kecil yang jatuh ke bumi” diberikan sama dengan nama “Bumi Cenderawasih”, yaitu Bumi Burung Emas.

Ada pandangan sangat umum, sejak purbakala, bahkan sebelum masehi-pun sudah dikenal orang luar dari pulau New Guinea, bahwa pulau ini pulau emas, taman eden, dan penuh dengan kekayaan di perut bumi.

Banyak lagu-lagu diciptakan orang Indonesia terkait West New Guinea

5. Nama “Tanah Injil”

Barangkali sebagai balasan atas julukan “Surga kecil jatuh ke bumi” tadi, orang Papua juga dengan bangganya mempromosikan katanya, Tanah Papua ialah “Tanah Injil”. Penjelasannya tidak begitu jelas, apakah yang dimaksudkan ialah

  • tanah yang dipersembahkan kepada Injil
  • tanah yang dipersiapkan untuk memberitakan Injil
  • tanah yang di dalamnya hanya Injil yang diberitakan
  • tanah milih Allah

entah apalah artinya, banyak hamba-hamba Tuhan OAP (Orang Asli Papua) menggunakan nama ini.

Nama ini kemudian dapat mengakibatkan tiga hal:

  1. Yang pertama, karena tanah ini Tanah Injil, maka manusianya ialah manusia Injili. Akibatnya, orang Papua HARUS memberitakan Injil di manapun mereka berada dan ke manapun mereka pergi. Kita perlu bertanya apakah memang orang-orang yang berasal dari tanah ini dan mendiami tanah ini memang orang-orang Injili.”
  2. Yang kedua, karena tanah ini Tanah Injil, maka yang harus dilakukan di Tanah ini ialah pemberitaan Injil. Apakah yang dibicarakan dan diberitakan di Tanah Papua ialah Injil, tidak ada berita lain. Lalu kita harus bertanya, “Mengapa justru terbalik, setiap hari kabar buruk yang keluar dari tanah Papua ke dunia?

6. Nama “Tanah Penggenapan”

Tanah Papua diberi nama “tanah penggenapan” berdasarkan Kisah Para Rasul 1:8;

Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.” (https://www.bible.com/id/bible/306/ACT.1.8.TB)

Ada banyak teori yang dikembangkan dunia tentang “di mana ujung bumi”. Menurut orang Papua “ujung bumi ” ialah Tanah Papua, oleh karena itu, untuk menggenapi perintah sebagaimana disampaikan dalam kutipan ayat ini, maka penggenapannya terjadi setelah Injil menjangkau Tanah Papua secara khusus dan kasasan Melanesia atau juga Pasifik Selatan secara umum.

Akibatnya dikaitkan dengan bangsa yang mendiami di Tanah ini maka, orang yang mendiami Tanah Penggenapan ialah bangsa Penggenapan. Maka diskusi terus berlanjut, apa maksud kita tentang bangsa Papua ialah bangsa penggenapan, secara teologis, secara biologis, secara sosial, secara budaya, dan bila perlu secara geneologi.

7. Nama “Tanah Papua Yesus punya!”

Nama ini juga diberitakan di atas mimbar-mimbar gereja oleh hamba-hamba Tuhan OAP. Pasti ada maksud mereka, akan tetapi saya tidak pernah mendengarkan apa maksud mereka. Yang kita bisa lakukan ialah mengkaitkannya secara rasional.

Di tanah Jawa tinggal orang Jawa. DI Tanah Papua tinggal orang Papua. Berarti di Tanah milik Yesus ada orang milik Yesus.

Secara teologis sebenarnya tidak dapat dipertanggung-jawabkan karena seluruh planet bumi bahkan jagat-raya ialah Yesus punya, dan semua umat manusia ialah Yesus punya. Mengapa hanya tanah Papua yang Yesus punya dan bangsa Papua saja yang Yesus punya.

Bisa juga kita mengartikannya secara politis.

Komentar Penutup

Dalam tulisan artikel sebelumnya dengan judul yang sama, kita telah menguraikan 16 nama yang diberikan kepada pulau New Guinea, dan secara khusus pulau New Guinea bagian barat, yang oleh Indonesia disebut Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat; dan yang pejuang Papua Merdeka menyebutkan wilayah Negara Republik West Papua, atau wilayah West Papua.

Dalam tulisan ini, dengan judul yang sama di bagian kedua ini kami lebih memfokuskan diri kepada nama-nama julukan, yang diberikan secara sosial-budaya, yang lain bermuatan politik, sedangkan lainnya kelihatan tidak dikonsepkan dengan baik, sehingga diucapkan hanya sekedar bunyi bagus.

Nah, yang harus kita sadari ialah akibat daripada nama-nama ini terhadap jatidiri, gambar diri dan harga diri orang-orang Melanesia yang hidup di pulau New Guinea bagian barat ini. Pertanyaannya:

Apa akibat dan berapa jauh daya rusak dari masing-masing nama dan julukan yang diberikan kepada pulau New Guinea bagian barat ini?

Pernahkan orang Papua menyadari bahwa identitas dirinya yang diberikan berdasar “self-identification” maupun “differentiation” yang dilakukan oleh dirinya sendiri maupun oleh orang lain, dengan maksud merendahkan, membela diri, menanggapi, menegasikan, dan sebagainya?

Bagaimana caranya orang Papua dapat:

  • memperbaiki gambar diri? atau
  • menggantikan gambar diri? atau
  • membuat gambar dirinya sendiri dari nol?

Semoga!

Gambar Diri Bangsa Papua Dicabik-Cabik dengan Cara Gonta-Ganti Nama Tanah Papua (1)

New Guinea Island
New Guinea Island

Papua = Tanah Papua / Bangsa Papua

Tentang “Papua”, “Bangsa Papua” dan  “Tanah Papua”, kita berbicara hal yang sama, yaitu wilayah pulau New Guinea dan manusia yang mendiami tanah dimaksud.

Arti pertama ialah kata “Papua” ialah “Tanah Papua”, berarti pulau New Guinea, yang saat ini terbagi ke dalam negara Papua New Guinea dan wilayah pendudukan Indonesia bernama “West Papua”. Itu panggilan yang telah disepakati oleh orang pulau New Guinea yang ada di bagian barat pulau ini.

Arti kedua ialah “Papua” ialah “bangsa Papua”, berarti manusia yang mendiami Tanah Papua atau pulau New Guinea, yaitu manusia yang mendiami pulau New Guinea dari Sorong / Raja Ampat dibagian barat sampai Samarai di bagian Timur.

Nama Tanah Papua dari Waktu ke Waktu

1.  Nama “Labadios”

Pada sekitar tahun 200 M , ahli Geography bernama Claudius Ptolemaeus (Ptolamy) menyebut pulau Papua dengan nama Labadios. Sampai saat ini tak ada yang tahu, kenapa pulau Papua diberi nama Labadios.

Sumber: Suara Papua, “Papua Dari Nama ke Nama“, Oleh: Oktovianus Pogau

2. Nama  “Tungki”

Sekitar akhir tahun 500 M, oleh bangsa China diberi nama Tungki. Hal ini dapat diketahui setelah mereka menemukan sebuah catatan harian seorang pengarang Tiangkok, Ghau Yu Kuan yang menggambarkan bahwa asal rempah-rempah yang mereka peroleh berasal dari Tungki, nama yang digunakan oleh para pedagang China saat itu untuk Papua.

Sumber: Suara Papua, “Papua Dari Nama ke Nama“, Oleh: Oktovianus Pogau

3. Nama “Janggi”

Selanjutnya, pada akhir tahun 600 M, Kerajaan Sriwijaya menyebut nama Papua dengan menggunakan nama Janggi. Dalam buku Kertagama 1365 yang dikarang Pujangga Mpu Prapanca :Tugki” atau “Janggi” sesungguhnya adalah salah eja diperoleh dari pihak ketiga yaitu Pedagang Cina Chun Tjok Kwan yang dalam perjalanan dagangnya sempat menyinggahi beberapa tempat di Tidore dan Papua.

Sumber: Suara Papua, “Papua Dari Nama ke Nama“, Oleh: Oktovianus Pogau

4. Nama “Dwi Panta”

Di awal tahun 700 M, pedagang Persia dan Gujarat mulai berdatangan ke Papua, juga termasuk pedangan dari India. Tujuan mereka untuk mencari rempah-rempah di wilayah ini setelah melihat kesuksesan pedangang asal China. Para pedagang ini sebut nama Papua dengan Dwi Panta dan juga Samudranta, yang artinya Ujung Samudra dan Ujung Lautan.

Sumber: Suara Papua, “Papua Dari Nama ke Nama“, Oleh: Oktovianus Pogau

5. Nama “Wanin dan Sram”

Pada akhir tahun 1300, Kerajaan Majapahit menggunakan dua nama, yakni Wanin dan Sram. Nama Wanin, tentu tidak lain dari semenanjung Onin di daerah Fak-Fak dan Sram, ialah pulau Seram di Maluku. Ada kemungkinan, budak yang dibawa dan dipersembahkan kepada Majapahit berasal dari Onin dan yang membawanya ke sana adalah orang Seram dari Maluku, sehingga dua nama ini disebut.

Sumber: Suara Papua, “Papua Dari Nama ke Nama“, Oleh: Oktovianus Pogau

6. Nama “Nova Guinea”

Sementara dalam catatan sejarah Eropa pulau ini pertama-tama disebut dengan nama “Nova Guinea”.

7. Nama “Nederlandch Nieuw Guinea”

Kemudian disusul oleh penjajah Belanda yang memberi nama Nederlandch Niuew Guinea (The Netherlands New Guinea) atau New Guinea Barat sejak 1828.

Di tahun 1956, Belanda merubah nama dari New Guinea menjadi Nederland New Guinea. Perubahan nama kali ini bersifat politis karena Belanda tak ingin kehilangan pulau Papua dari Indonesia pada zaman itu. (Sumber: Suara Papua, “Papua Dari Nama ke Nama“, Oleh: Oktovianus Pogau)

8. Nama “Papua-Ua”

Sekitar tahun 1646, Kerajaan Tidore memberi nama untuk pulau ini dan penduduknya sebagai Papa-Ua, yang sudah berubah dalam sebutan menjadi Papua. Dalam bahasa Tidore artinya tidak bergabung atau tidak bersatu (not integrated). Dalam bahasa melayu berarti berambut keriting. Memiliki pengertian lain, bahwa di pulau ini tidak terdapat seorang raja yang memerintah.

Sumber: Suara Papua, “Papua Dari Nama ke Nama“, Oleh: Oktovianus Pogau

9. Nama “Irian”

Pada tahun 1940-an pemerintah kolonial Belanda mengambil kebijakan untuk mendalami dan memberi nama wilayah dan bangsa jajahannya, dan sebagai hasilnya Frans Kaisepo selaku ketua Panitia kemudian mengambil sebuah nama dari sebuah mitos Manseren Koreri, sebuah legenda yang termahsyur dan dikenal luas oleh masyarakat luas Biak, yaitu Irian.

Dalam bahasa Biak Numfor “Iri” artinya tanah, “an” artinya panas. Dengan demikian nama Irian artinya tanah panas. Pada perkembangan selanjutnya, setelah diselidiki ternyata terdapat beberapa pengertian yang sama di tempat seperti Serui dan Merauke. Dalam bahasa Serui, “Iri” artinya tanah, “an” artinya bangsa, jadi Irian artinya Tanah bangsa, sementara dalam bahasa Merauke, “Iri” artinya ditempatkan atau diangkat tinggi, “an” artinya bangsa, jadi Irian adalah bangsa yang diangkat tinggi.

Sumber: Suara Papua, “Papua Dari Nama ke Nama“, Oleh: Oktovianus Pogau)

Kata “Irian” ini kemudian dijadikan sebuah akronim oleh NKRI, oleh jagoan akronim Indonesia bernama Sukarno. Banyak akronim buatan Sukarno dipakai di seluruh Indonesia saat ini. Dan setiap saat kita saksikan akronim selalu lahir di negara penjajah ini.

Irian yang tadinya mengandung arti bahasa daerah kini menjadi sebuah akronim: “I” iartinya “Ikut”; “R” artinya “Replubik”, “I” artinya “Indonesia, “A”, artinya “anti” dan terakhir “N” artinya “Nederland”. Momentum rekayasa nama dan drama pencabik-cabikan identitas bangsa Papua mencapai puncaknya.

10. Nama “West Irian” dan “West New Guinea”

Kemudian pada saat mentransfer kekuasaan dari kolonial Belanda kepada Indonesia, disebutkan bahwa wilayah ini disebut West New Guinea, yang menurut Belanda nasibnya akan ditentukan di kemudian hari, artinya pada waktu itu bukan bagian dari Indonesia.

Selanjutnya dalam negosiasi invasi oleh Indonesia nama pulau yang tadinya bernama West New Guinea kini disebut West Irian (Irian Barat).

11. Nama “Irian Jaya”

Setelah Irian Barat, maka Indonesia secara resmi menyebutnya Irian Jaya. Nama Irian Jaya berlaku selama lebih dari 30 tahun.

Tanggal 1 Maret 1973 sesuai dengan peraturan Nomor 5 tahun 1973 nama Irian barat resmi diganti oleh Presiden Soeharto menjadi nama Irian Jaya.

12. Nama “Papua”

Nama Irian Jaya dimaklumkan secara resmi menjadi Papua pada 1 Januari 2000, saat ini dilakukan oleh Presiden kolonial Indonesia K.H. A. Wahid di Jayapura.

Sejak itulah maka secara total nama “Irian Jaya” dimakamkan secara politik, walaupun harus menunggu pengesahan secara hukum oleh parlemen.

13. Nama “West Papua”

Adalah Dewan New Guinea atau Nieuw Guinea Raad yang memberi nama-nama berikut:

  1. Nama bangsa: Papua
  2. Nama negara: West Papua
  3. Nama lagu kebangsaan: Hai Tanahku Papua
  4. Nama Bendera: Bintang Kejora

Nama-nama yang secara hukum legal ini cukup menarik untuk disimak. Bangsa dan Tanah ini diberi nama “Papua”. Sementara negara disebut “West Papua”.

14. Nama “West Papua New Guinea”

Nama Replubik West Papua New Guinea sering digunakan oleh kelompok Michael Fernando Kareth yang memproklamirkan Negara Republic of West Papua New Guinea pada 27 November 1997 di Brussel, ibukota Belgia/ Uni Eropa. Nama lembaganya West Papua New Guinea Congress (WPNGC).

15. Nama “West Papua Melanesia”

Nama “West Papua Melanesia” sering digunakan oleh kelompok Papua Merdeka yang mendukung Proklamasi Negara Melanesia Barat yang diproklamirkan Dr Thomas Wapai Wainggai tanggal 14 Desember 1988, di lapangan Mandala, Jayapura.

16. Nama “Papua Barat” dan “Papua….lainnya”

Nama “Papua Barat” lebih cendering digunakan belakangan ini, generasi 2000-an sebagai bentuk identifikasi diri dalam menentang kolonialisme Indonesia. Organisasi seperti KNPB (Komite Nasional Papua Barat dan Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat adalah contoh paling jelas dalam hal ini memanggil wilayah in “Papua Barat”, bahkan bangsa Papua juga sering mereka sebut “Bangsa Papua Barat”.

Sekarang setelah pemekaran Provinsi Papua, maka ibukota Provinsi Papua Barat ialah Manokwari dan ibukota Provinsi Papua ialah Jayapura.

Ditambah lagi sejak tahun 2023 dengan provinsi yang baru lagi, dengan nama-nama baru, yaitu Provinsi Papua Pegunungan, Provinsi Saireri, Provinsi Papua Selatan, Provinsi Papua Barat Daya, dan sebagainya.

Gambarlah Diri dalam Nama-Nama Ini

Sekarang kami ajak orang “yang ada di pulau New Guinea bagian barat” untuk menggambar dirinya sendir, mengidentifikasi diri: entah dengan menyamakan atau membedakan dirinya dengan bangsa-bangsa lain di dunia.

  • Kalau nama wilayahnya saja sudah berjumlah 20 nama, maka nama manusianya dipanggil siapa?
  • Kalau Anda sebagai orang yang tanah leluhurnya adalah di bagian barat pulau New Guinea, maka Anda menyebut diri siapa?

 

 

 

Identitas (6) ‡ bangsa Papua, New Guinea, Papua, Tanah Papua Length: [1401] words., and modified on: January 19th, 2024.

Can I make a professional website like Yahoo on the WordPress?

Yes you can.

WordPress can be your base or pilot to begin .

But soon to scale the website you will be making lot of changes in the codes .

WordPress will not be able to support you .

You may need to scale up the wordpress , or create new custom framework for scalability .

but it’s good place to start.

Also Yahoo , is not mere website , it has search engines, mail servers. new brodcasting/feeds , CMS, lot of high traffic puling solutions.

Source HERE

Uncategorized (15) ‡ WordPress theme, WordPress.com, Yahoo!, Yahoo.com, YUI Length: [143] words., and modified on: November 10th, 2023.

Sadar dan Ingatlah… Oleh Koteka Dimiya Dube

=Restoran Pertamaku =Asi Ibuku
=Toilet Pertamaku. =Pangkuan Ibuku
=Sekolah Pertamaku =Dapur Ibuku
=Guru Pertamaku =Ibuku
=Dokter Pertamaku =Ibuku
=Teman Pertamaku. =Ibuku
=Kendaraan pertamaku=Punggung Ibuku
=Musik Pertamaku =Detak Jantung Ibuku
*Ibu Malaikatku*
Ibu
Disini kutulis cerita tentangmu
Nafas yg tak pernah terjebak dusta
Tekad yg tak koyak oleh masa
Seberapapun sakitnya tau tetap penuh cinta
Ibu….
Tanpa lelah kau layani kami
Dengan segenap rasa bangga dihati
Tak terbesit sejenak fikirkam lelahmu
Kau terus berjalan di antara duri duri
Ibu….
Tak pernah kuharap kau cepat tua dan renta
Tak pernah ku ingin kau lelah dalam usia
Selalu kuharapkan kau terus bersamaku
Dengan cinta berikan petuahmu
Ibu…
Kaulah malaikatku
Penyembuh luka dalam kepedihan
Penghapus dahaga akan ksih sayang
Sampai kapanpun itu
Aku akan tetap mencintaimu
Dan tmpt pertahan Hidup, berkembang dan tempat tinggal selama 9 bulan di dlm perutmu ibu…
Hutan Budi yg paling terbesar di dunia ini..yg di miliki oleh setiap manusia, adalah hutan nyawa & hutan Budi terhadap ibunya Krn rasa sakit yg dirasakan sang ibu..
Tiada tempat selain di surga untukmu ibu… Amin …😥❤️
Source: FB

Rabbi Daniel Lapin Teachings

  1. Body, mind and emotions. To be a good business person, one should rule his business by mind, not emotions, not wants or bodily greed or wanting.
  2. Emotions are formed by bodily habits, what we do, what we hear, what we see everyday, primarily through our visual senses
  3. We change our feelings but how we act. Our actions modify our feels. Our feelings follow our actions. 
  4. One example is fear. Fear is one of the emotions, mostly irrational, destructive, not only destructive to self but also to others. Therefore, to get rid of fear is to act with courage, to act without stepping back, to act without serving the fear. By acting courageously, we automatically defeat fear. People
  5. Courage is act fearlessly. Courage does not mean there is no fear. But courage means managing fear proportionately and in a way that does not destroy our will, ambitions and plans.

Winston Churchill on Money and Peoples’ Attitiude

Former Prime Minister of the United Kingdom, Winston Churchill, once said: “I took taxi one day to the BBC office for an interview.
.When I arrived, I asked the driver to wait for me for forty minutes until I got back, but the driver apologized and said, “I can’t, because I have to go home to listen to Winston Churchill’s speech”.
.
I was amazed and delighted with the man’s desire to listen to my speech! So I took out ten pounds and gave it to the taxi driver without telling him who I was. When the driver collected the money, he said: “I’ll wait for hours until you come back sir! And let Churchill go to hell !”.
.
You can see how principles have been modified against money; nations sold for money; honour for money; families split for money; friends separated for money; people killed for money; and people being made slaves to money.
Source: FB Page

Fear NOT OF Man – Jangan Takut kepada Manusia! Amsal 29:25

Renungan Alkitab hari ini tanggal 8 Januari 2022 mengatakan, “The fear of man bringeth a snare, but whoso putteth his trust in the LORD shall be safe”.  Dalam versi Melayu Indonesia mengatakan sebagai berikut:

Takut kepada orang mendatangkan jerat,
tetapi siapa percaya kepada TUHAN, dilindungi. (Amsal 29:25)

Rasa takut atau ketakutan tidak berasal dari Allah. Rasa takut ialah alat yang digunakan musuh kita yang dirancang secara khusus untuk menggangu-mu dari fokus kepada Allah. Allah mengisi hati kita dengan damai dan kasih, dan dengan demikian rasa takut tidak biasa hadir saat damai dan kasih hadir.

Itulah sebabnya kita harus menaruh percaya kepada Allah; kaena tuntunan-Nya tidak akan memberi kita alasan apapun untuk merasa takut.

Doa:

Ya, Allah, saya berterimakasih bahwa saya tidak punya alasan apa-apa untuk takut atau gentar, karena ada damai sejahtera ada padaku. Kasih-Mu menghibur aku. Terimakasih Tuhan, atas tuntunan-Mu ke jalan di mana aku mendapatkan keyakinan sehingga ketakutan tidak dapat hadir. Saya tidak perlu kautir sama sekali saat hidupku ada dalam tangan-Mu, Tuhan. Dalam nama Yesus saya berdoa. Amin.

Catatan untuk bangsa Papua dan Ras Melanesia

Rasa takut atau ketakutan telah menghantui kehidupan orang Papua atau bangsa Papua dan juga seluruh masyarakat Melanesia begitu lama. Kita takut bertindak salah. Kita takut berkata salah. Kita takut mengambil keputusan ini dan itu. Di atas mimbar kita takut berbicara kebenaran! Kita takut mendoakan penderitaan rakyat Papua karena takut dicap pendukung OPM atau Papua Merdeka! Kita takut berdoa untuk para pengungsi yang jumlahnya ratusan ribu di hutan-hutan New Guinea di West Papua maupun di Papua New Guinea.

Gubernur Lukas Enembe dan seluruh gubernur sebelumnya, dan semua bupati di Tanah Papua takut bicara dengan jujur karena takut jabatannya dicopot, takut ditembak. Banyak orang Papua juga takut. Perdana Menteri Papua New Guinea takut bicara tentang West Papua karena ditekan oleh agen-agen NKRI yang beroperasi di Papua New Guinea. Solomon Islands menjadi takut mendukung Papua Merdeka karena disogok habis-habisan. Fiji menghindar berbicara tentang West Papua karena takut hubungan ekonomi dan pembangunan menjadi terganggu.

Kalau kita menjadikan “rasa takut” atau “ketakutan” sebagai fondasi berpikir dan bertindak kita, maka kita harus pasti dan dengan demikian harus mengaku bahwa “Roh Allah tidak ada di dalam kita”, dan dengan demikian “Yesus Kristus tidak ada di dalam kita!”, yang artinya kita bukan orang Kristen.

Kalau Raja Damai ada di dalam kita, maka rasa damai dan kebenaranian yang memerintah, bukan sebaliknya.

Pengalaman dalam Resolusi Setiap Menyambut Tahun Baru

Pembuka

Istilah tahun baru mulai saya dengar pada saat saya ada di Sekola Pendidikan Pertama (SMP) di Sentani pada tahun 1981, yaitu 31 Desember 1980 menjelang 1 Januari 1981.

Kami dikirim dari kampung untuk menempuh pendidikan setelah menamatkan Sekolah Dasar di kampung. Sebagai orang pedalaman, di Wamena waktu itu SMP hanya ada di Tiom, Bokondini dan Wamena, dan ketiga tempat inipun jauh dari kampung saya.

Ditambah lagi, untuk menuju ke ketiga tempat ini membutuhkan banyak persiapan seperti rumah/ asrama, biaya makan, seragam, pengenalan tempat, dan sebagainya. Sementara misionaris telah mempersiapkan kebutuhan-kebutuhan ini di Sentani. Oleh karena itu kami dikirim ke Sentani.

Pengalaman Resolusi Tahun Baru

Pada waktu di Asrama, masih di SMP kelas satu, kami diajak oleh Kepala Asrama, untuk duduk, dan membaca Firman Allah. Begitu tepat jam 12:00 pagi hari, kami selalu menutup tahun dengan doa-doa.

Hal yang sangat melekat dalam ingatan saya ialah pengakuan dosa-dosa yang selalu terjadi pada akhir tahun. Pada saat di asrama, kami sering dikunjungi para tokoh gereja, gembala-gembala dan juga para mahasiswa yang kuliah di Sekolah Teologia di Jawa, datang dalam rangka pulang ke tempat asal kami. Saat mereka kebetulan ada di Sentani, maka satu-satunya tempat mereka menghabiskan waktu-waktu adalah di Asrama kami.

Dengan kedatangan mereka, selalu ada ibadah, lagu-lagu baru diajarkan dan juga dilakukan berbagai macam teknik dalam ritual menutup tahun lama dan membuka lembaran hidup dalam tahun baru.

Saya masih ingat, sesekal kami duduk dalam kelompok-kelompok kecil, dan kami mengaku hal-hal yang kami anggap sebagai salah dan dosa yang kami lakukan di tahun berjalan. Sesekali, kami tidak mengaku terbuka, tetapi disuruh menulis di kertas secara sembunyi-sembunyi.

Hasil dari pengakuan-pengakuan itu, ada yang dibuang ke dalam api yang menyala-nyala, dengan doa-doa pelepasan, kamipun melemparkan kertas-kertas pengakuan ke dalam api. Di lain waktu kami kumpulkan dan hamba Tuhan mendoakan catatan-catatan dimaksud, kemudian hamba Tuhan membakarnya. Di waktu yang lain bukan dibakar, tetapi dibuang ke dalam kali, atau ke dalam laut atau danau. Ada juga pernah kami menggali tanah dan menguburkannya di dalam tanah, lalu kami menanam kepala atau pohon di halaman belakang rumah.

Pada tahun 2021 lalu, kami tidak melakukan semuanya ini. Saya katakan kepada sanak-keluarga yang ada, bahwa kami tidak usah mengingat dan menceritakan dosa atau salah. Kami mendoakan Tuhan mengampuni kami semua tanpa menyebutkan satu per satu, karena dengan menyebut-nyebut mereka, memori kita mengingat kembali, sepertinya kita menyegarkan ingatan kita dan itu tidak membantu kita dalam melupakan apa yang telah terjadi di masa yang telah lewat.

Memasuki tahun 2022 ini yang kami lakukan ialah memegant tangan satu per satu sambil berdiri dan mengeluarkan pernyataan-pertanyaan yang disebut sebagai resolusi atau deklarasi untuk tahun 2022 ini. Deklarasi atau resolusi dimaksud diucapkan oleh yang bersangkutan, dan disusul secara bersama dengan suara keras oleh semua yang bergandengan-tangan dan berdiri bersama.

Dasar pemikirannya ialah bahwa kita tidah perlu lagi membahas dan menceritakan apa yang salah di masa lalu. Akan tetapi kita perlu mengucapkan dalam kata-kata apa yang kita inginkan agar terjadi atau kami lakukan atau Tuhan tolong untuk terjadi di tahun 2022.

Saya berkesempatan pertama untuk mengatakan. Dan saya katakan sebagai berikut
1. Saya berdoa, kiranya pada tahun 2022 ini, saya akan berpuasa dua hari dalam seminggu;

2. Tujuan saya berdoa dan berpuasa ialah agar United Liberation Movement for West Papua (ULMWP) mendapatkan status anggota penuh dalam ULMWP tahun 2022 ini.

Setelah itu, sanak-keluarga lain-pun menyusul mengucapkan apa yang mereka ingin capai di tahun 2022 ini.

Penutup

Apapun resolusi kita, bagaimanapun caranya kita lakukan, itu tidaklah penting.

Tanggal baru atau tahun baru atau tahun lama, juga tidak terlalu penting. Toh tahun dan tanggal faktanya tidak pernah menua dan tidak pernah pergi dan tahun baru tidak pernah datang. Kalender hanyalah ciptaan manusia, musim dan waktu-lah yang diciptakan Allah.

Oleh karena itu, apapun yang terjadi tidaklah menjadi masalah.

Yang terpenting ialah kita “mengucapkan” dengan suara apa yang kita inginkan, dalam sikap doa kepada Allah, dikuatkan terus-menerus, karena dunia ini diciptakan ketika Allah berfirman. Tanpa Allah berfirman, segala-sesuatu belum terjadi. Hanya saat keluar Firman-Nya, maka semuanya telah terjadi.

Setiap saat, bukan dalam tahun baru saja, mari kita ucapkan kata-kata yang baik yang positif, yang memajukan, yang membangun, yang membawa kemenangan, sehingga kita hidup dari kemenangan kepada kemenangan, dan hidup kita memulikan Allah.

Semoga Andapun telah membuat resolusi untuk tahun 2022 ini. Kalau belum, saya persilakan Anda membuatnya. Karena segala-seautau akan tercipta dalam kehidupan, ti tahun 2022 ini saat kita berfirman. Kita sebagai anak-anak Allah memiliki kuasa untuk mengkleim kemenangan, berkat, keberhasilan, kebahagiaan, kekayaan, keberuntungan, dan hal-hal yang baik menimpa diri kita.

 

Salam Damai Natal buat org Indonesia! Yesus memberkati kita semua!

Hai bangsa Indonesia, Terimalah:

“Salam Damai Natal buat org Indonesia! Dari Medan Perjuangan Papua Merdeka! Yesus memberkati kita semua!”

Intro

Ini bukan karena kehebatan saya! Bukan bukti kerohanian saya! Bukan juga karena saya menyesali melawan NKRI! Apalagi menyerah kepada pendudukan, kebiadaban dan kejahatan NKRI atas tanah Papua dan bangsa Papua. Ini hal yang tidak dapat ditukar-tambah dengan apa-apapun juga.

Hal ini saya lakukan karena saya diperintahkan oleh Panglima Revolusi Mahatinggi semesta alam sepanjang masa, yang hari kelahiran-Nya diperingati hari ini, 25 Desember 2021.

Hal ini saya lakukan karena perintah adalah perintah! Dia satu arah! Dari atas ke bawah! dan Tidak boleh saya bantah dengan alasan apapun!

Salam Damai buat NKRI dan Orang Indonesia

Saya berdoa, dari lubuk hati yang paling dalam, agar NKRI dan orang Indonesia mengalami kedamaian sejati dan abadi.

Saya berdoa, agar semua orang Indonesia, dari Sabang sampai Amboina, semuanya, tanpa terkecuali, menjadi orang-orang yang percaya kepada Yesus. Saya berdoa, agar Indonesia menjadi Negara Mayoritas Kristen terbesar di dunia di waktu Khairos Allah nanti.

SAya berdoa, dalam nama Yesus, Raja Damai, bahwa jalan untuk menuju Indonesia merdeka di dalam Yesus Kristus, menjadi Negara Kristen terbesar di luar Eropa dan Amerika ialah dengan cara memberikan kemerdekaan kepada bangsa Papua, Negara West Papua secara rela dan gentlemen.

  1. Dalam nama Yesus saya mengampuni semua orang Indonesia yang memanggil bangsa dan rasku “Monyet”, “Kera”, “Anjing”, “Babi”, “Primitif”, “kolot”, dan sebagainya, yang jelas-jelas merendahkan martabat saya sebagai makhluk ciptaan Allah menurut gambar dan rupa-Nya sendiri;
  2. Dalam nama Yesus saya mengampuni semua orang Indonesia yang pernah memaki-maki ayahku yang adalah seorang gembala sebagai, “Gembala babi kau!”, “Gembala apa-apa kambing kau!”, “Gembala babi liar kau!”, yang saya sendiri dengarkan waktu itu, tahun 1979, di tempat kelahiran saya sendiri.
  3. Dalam nama Yesus, saya mengampuni semua orang Indonesia yang secara langsung dan secara tidak langsung telah membunuh sanak-keluarga sedarah-dagingku, yang membunuh kaum, suku dan bangsaku, yang saat ini sedang beroperasi di Ndugama, Intan Jaya, Timika, Yahukimo, Pegunungan Bintang dan tempat-tempat lainnya di seluruh West Papua dan Papua New Guinea;
  4. Dalam nama Yesus, saya mengampuni Jenderal TNI Andika Perkasa, Panglima TNI hari ini, di mana tanganmu berlumuran darah Orang Asli Papua, terutama Alm. Dortheys Hiyo Eluay, Ondofolo Sereh, Suku Sentani, Port Numbay.
  5. Dalam nama Yesus saya ampuni semua pembunuh orang Papua, di desa-desa, di kota-kota, baik ibu dan anak atau lelaki dan perempuan, baik yang ketahuan maupun yang tersembunyi, terutama pembunuhan hamba-hamba Tuhan dan bayi-bayi yang tidak tahu-menahu tentang Papua Merdeka.
  6. Dalam nama Yesus saya mengampuni orang Indonesia karena kalian telah menganggap West Papua adalah tanah Melayu, orang Papua adalah keturunan Melayu dan maka adalah orang Indonesia.
  7. Dalam nama Yesus saya mengampuni Ali Murtopo, yang tahun 1961-3 mengatakan kepada orang tua saya bahwa ia hanya butuh tanah, kalau orang Papua mau bikin negara mintakan Amerika supaya mengirim orang Papua ke planet baru atau mintakan Tuhan ciptakan pulau baru di pasififik. Ya, saya mengampuni-mu, Ali Murtopo.
  8. Dalam nama Yesus saya ampuni semua orang Indonesia, orang Kristen ataupun orang beragama lain, masyarakat biasa maupun pejabat negara, pegawai maupun petani, lelaki dan perempuan, kecil-besar, kaya-miskin, semuanya. Biarlah sekalian orang Indonesia sadar dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat!

Doa pengampunan yang saya sampaikan ini bukan karena saya menjadi orang baik! Bukan juga agar supaya orang Indonesia dan NKRI tetap tinggal di Indonesia. Tidak dengan alasan agar orang Indonesia meneruskan pendudukannya dan kejahatannya atas tanah dan bangsa Papua. Sama seklai tidak1

Malahan sebaliknya…..

NKRI dan Orang Indonesia Angkat Kaki dari Surga Kecil yang Jatuh ke Bumi

Saya mengampuni kalian semua orang Indonesia dan negara kalian NKRI bukan supaya kalian tetap tinggal di Tanah Papua, menjajah bangsa Papua, meneror, mengintimidasi, menyiksa, memenjarakan, mengejar, bahkan membunuh orang pemilik Tanah Papua, surga kecil yang jatuh ke Bumi.

Bukan! Tidak! Sama sekali itu bukan!

Tujuan saya ialah saya melakukan perintah Allah supaya saya sebagai orang Kristen harus saya ampuni.

Tujuan saya ialah menyambut Raja Damai yang lahir hari ini dengan menghadirkan kedamaian dalam diriku sendiri!

Tujuan saya karena saya mau ke sorga! Untuk itu saya harus menaati perintah Tuhan Yesus saya, yang kelahiran-Nya dirayakan hari ini, yang telah lahir dan akan datang kembali memerintah semesta alam sepanjang masa sebagai Raja Damai.

Kalau orang Indoneia mau diberkati!

Kalau NKRI mau diberkati!

maka saya mau terus-terang, jalan satu-satunya ialah “Meninggalkan Tanah Papua” dan “mengakui kemerdekaan bangsa Papua”, karena sumber berkat bagi NKRI dan orang Indonesia berada dalam West Papua yang merdeka dan berdaulat di luar NKRI, bukan West Papua yang ada di dalam pendudukan dan penjajahan NKRI.

Alasannya jelas:

  1. Bangsa Papua dan bangsa Indonesia diciptakan Allah berbeda;
  2. Tanah Papua dan tanah Melayu diciptakan berbeda, tidak menyatu dan tidak sama;
  3. NKRI dan oramng Indonesia telah lama memperlakukan dan merusak gambar Allah, yaitu manusia Papua secara terus-menerus dan hal ini telah menyakiti hati Allah;
  4. NKRI dan orang Indonesia akan tersalurkan berkat-berkat rohani dan jasmani melalui West Papua

Penutup:

Salam Natal ialah Salam Damai!
Mari kita berdamai dengan diri sendiri kita!
Mari kita berdamai dengan sanak-keluarga kita!
Mari kita berdamai dengan tetangga dan kerabat kita!
Mari kita berdamai dengan kaum dan bangsa kita!

Bahkan

Mari kita berdamain dengan kaum dan bangsa lain!
Mari kita berdamai dengan mereka yang selama ini memusuhi, merendahkan, memaki, menyiksa, membunuh kita!

Itulah makna Raja Damai telah lahir di kandang yang hina!

Selain dari kita kita sedang bersandiwara! Tuhan tidak senang dengan sandiwara kit!

Siapa yang bertelinga, hendaklah ia mendengar!

Siapa yang bernurani, hendaklah ia bertindak bijaksanak!

Siapa yang bernalar, hendaklah ia berpikir rasional, bahwa apa yang terjadi selama ini adalah salah, dan harus diperbaiki sendiri saat ini, sebelum orang lain datang memaksa kita untuk memperbaikinya!

Terpujilah nama YHWH! Glory! Glory! Glory! Halellujah! Halellujah! Halellujah! Amin! Amin! Amin!

 

Copyright © 218-2024 - Twenty Fourteen - 2014 AutoGrids 06.